"Hyang Yama, bagaimana aku bisa mempunyai anak jika nyawa Setiawan suamiku engkau cabut?"
oil on canvas 100 x 150cm, lukisan herjaka HS 2016
Sawitri Oh Sawitri
herjaka HS
(15) Tiga Anugerah
Sawitri tidak mau kehilangan langkah. Ia segera mengikuti
Hyang Yama. Mengetahui bahwa dirinya dibuntuti, Hyang Yama berhenti untuk
kemudian membalikkan badannya. Dipandanginya Sawitri yang berlutut menyembah
dirinya dalam-dalam.
“Mengapa engkau mengikuti aku?” tanya Hyang Yama kepada
Sawitri.
“Ampun, Hyang Yama, hamba mengikuti Setiawan.”
“Ia sudah berbadan roh, tidak dapat lagi bersatu denganmu.”
“Jika demikian, bawalah rohku serta, supaya aku dapat menjadi
satu dengan roh Setiawan.”
“Mengapa demikian?”
“Karena aku sudah
berjanji sehidup semati dengan Setiawan.”
“Tidak bisa demikian Sawitri, belum waktunya engkau mati.”
“Tetapi, bukankah Hyang Yama juga berkuasa menentukan
saatnya? Aku ingin mati sekarang. Cabutlah nyawaku dan satukanlah dengan nyawa
Setiawan.”
“Sawitri, engkau masih mempunyai tugas di dunia ini, untuk
itu engkau tidak boleh mati sekarang.”
“Benar, Hyang Yama. Aku memang mempunyai tiga tugas utama
yang hingga kini belum aku rampungkan. Tetapi tanpa Setiawan mana mungkin aku
wujudkan.”
“He he he, Sawitri,
percayalah padaku. Katakanlah tiga tugas yang ingin kau wujudkan, aku berjanji
akan mewujudkannya.” “Benarkah Hyang Yama”
“Sekali bersabda tidak mungkin aku mencabutnya. Katakan, Sawitri.”
“Terimakasih atas belas kasih Hyang Yama. Perlu menjadikan
periksa Hyang Yama, sejak mengawali hidup berumah tangga aku dan Setiawan telah
sepakat untuk mewujudkan tiga hal.”
“Sebutkan tiga permintaan itu Sawitri.”
“Yang pertama, kami menginginkan kesembuhan Begawan
Jumatsena”
“Bagus, Sawitri, engkau memikirkan orang lain. Lihatlah, saat
ini juga mertuamu sembuh!”
Tiba-tiba langit yang tanpa mendung itu menggelegar, tanda
bahwa mukjizat benar-benar terjadi.
“Jagat Dewa Batara, puji syukur, Hyang Yama.”
Sawitri percaya penuh bahwa sabda Hyang Yama benar-benar terjadi.
Saat itu juga Prabu Jumatsena telah disembuhkan dari kebutaannya.
“ Lalu apa keinginanmu yang kedua”
“Kami menginginkan kembalinya kerajaan Arga Kenanga.”
“Lihatlah, Sawitri, saat ini juga mertuamu kembali menjadi
raja. Musuhnya telah menyerahkan kembali kerajaan Arga Kenanga.”
Sekali lagi, suara guntur menggelegar berkepanjangan pada
siang hari yang terik itu ke seluruh wilayah Arga Kenanga.
Sawitri sangat terharu dengan peristiwa luar biasa itu. Matanya
mulai basah oleh air mata. Dalam hati ia berkata, siapakah aku ini, hingga
menerima belas kasih yang begitu besar? Tangan Sawitri meraih jubah Hyang Yama
yang berdiri didepannya, untuk dicium berkali-kali.
“Satu keinginan lagi, Sawitri, aku akan mewujudkannya,
asalkan jangan meminta hidupnya kembali Setiawan.”
“Baiklah Hyang Yama, saya
tidak akan menginginkan hidupnya Setiawan. Keinginan kami yang ketiga adalah
anak.”
“Maksudmu?”
“Setelah mertua saya sembuh dan kembali menjadi raja,
keinginan saya selanjutnya adalah melahirkan anak”
“Aku kabulkan, Sawitri! Engkau akan melahirkan anak.”
Selesai bersabda demikian, Hyang Yama membalikkan badan, mengayunkan
kakinya hendak meninggalkan Sawitri dengan membawa nyawa Setiawan. Namun Sawitri
dengan cepat beringsut berdiri dan menghadang langkah Hyang Yama.
“Sawitri bukankah tidak ada permohonan yang keempat?”
“Tidak, Hyang Yama,”
“Mengapa engkau menghentikan langkahku?”
”Ampun, Hyang Yama, kembali pada permohonan ketiga. Bagaimana
saya dapat mempunyai anak jika Setiawan suamiku
telah mati?”
(bersambung)
No comments:
Post a Comment