Gerbang Keabadian
oil on canvas
90 x 85cm
herjaka Hs 2018
Sawitri Oh Sawitri
herjaka Hs
(18) Pengorbanan
Sebagai seorang bidadari yang sudah diupacarakan menjadi
istri Yamadipati seharusnya Dewi Mumpuni tidak bisa seenaknya memperlakukan
suaminya, kendati hatinya tidak mencinta. Karena hal itu sama saja dengan mengkhianati
perintah penguasa tunggal Kahyangan.
Jika Yamadipati melaporkan hal itu kepada Batara Guru, pasti
Dewi Mumpuni akan dikutuk. Namun, hal
itu tidak dilakukannya, karena Yamadipati sangat mencintai Dewi Mumpuni. Ia tidak
rela jika sosok yang dicintainya tersebut celaka.
Sementara itu Dewi Mumpuni sendiri bukannya tidak tahu akan
hal itu, tetapi bagaimana lagi dirinya harus bersikap ketika menghadapi dunia
nyata berkebalikan dengan apa yang ada dalam hatinya. Ia telah mencoba
membangun cinta kepada suaminya, tetapi mulai dari mana? Jika mulai dari tata
lahir, bagaimana mungkin dirinya dapat mencintai sosok wajah yang mengerikan
dan menakutkan itu? Namun jika mulai dari
tata batin, dari kesabaran serta kelembutan hatinya, ia tidak punya cukup waktu
untuk merasakan selapis demi selapis kedalaman hatinya mengingat tugas yang
diemban Yamadipati.
Memang, kebanyakan orang, termasuk Dewi Mumpuni tidak dapat
mencintai yang batiniah saja. Ia membutuhkan yang lahiriah pula. Bahkan, tidak
hanya membutuhkan, melainkan mengutamakan yang lahiriah. Ya wajahnya, ya postur tubuhnya dan juga
penampilannya. Sangatlah jarang
seseorang dapat mencintai hatinya tanpa harus melalui wajah tubuhnya.
Karena tidak berhasil mencintai Yamadipati, Dewi Mumpuni pun akhirnya
pasrah. Ia memutuskan untuk mengatakan terus terang kepada suaminya dan siap
menanggung semua akibatnya.
Setelah kesempatan didapat, Dewi Mumpuni menuturkan bahwa
dirinya tidak pernah mencintai Yamadipati. Bahkan, ia takut hidup serumah
dengannya. Hati Dewi Mumpuni menjerit
pilu tatkala dirinya layaknya sebuah barang, dihadiahkan sebagai triman oleh Batara Guru kepada
Yamadipati.
Diungkapkan pula bahwa sebelumnya, dirinya telah mencintai
Bambang Nagatatmala, putra Sang Hyang Antaboga, dewa penguasa bumi. Kepada dialah
hatiku telah tertambat.
Dewi Mumpuni pun berterus terang, tanpa tedheng aling-aling, tidak ditutup-tutupi, bahwa Bambang Nagatatmala adalah satu-satunya
orang yang diharapkan bisa membahagiakan Dewi Mumpuni. Tetapi, ia juga
menyadari bahwa Yamadipati adalah satu-satunya orang yang dapat menyelamatkan Dewi
Mumpuni dari kutukan Batara Guru.
Karena jika Yamadipati merelakan serta merestui hubungan Dewi
Mumpuni dengan Bambang Nagatatmala, Batara Guru tidak akan murka, karena
semenjak Dewi Mumpuni di-triman-kan, hak sepenuhnya ada di tangan Yamadipati.
Mendengar pengakuan Dewi Mumpuni yang jujur, Yamadipati tidak marah. Hatinya
tersentuh oleh belas kasihan.
Memang begitu besar cinta Yamadipati kepada Dewi Mumpuni. Dirinya sangat
bahagia bersanding dengannya. Namun
kebahagiaan Yamadipati sangat bergantung pada Dewi Mumpuni. Jika Dewi Mumpuni
tidak bahagia, apakah Yamadipati
dapat bahagia sendirian?
Tentunya tidak. Yamadipati hanya akan bahagia jika Dewi
Mumpuni pun bahagia. Namun, sayang kebahagiaan Dewi Mumpuni tidak ada pada
Yamadipati, melainkan ada pada Bambang Nagatatmala.
Lalu, bagaimana Yamadipati harus memutuskan sikap? Jika
kebahagiaan yang menjadi pertimbangan utama, tentunya Yamadipati akan berupaya
mempertahankan Dewi Mumpuni tetap menjadi istrinya agar dirinya bahagia.
Tetapi sesungguhnya bukan kebahagiaan yang menjadi tujuan
utamanya, melainkan cinta. Ya, cintalah yang telah menggerakkan hati untuk mau
berkorban demi kebahagiaan orang yang dicintai.
Yamadipati ingin agar orang yang dicintai bahagia, walaupun
harus mengorbankan kebahagiaan dirinya sendiri.
Berdasarkan cinta tersebut, akhirnya Yamadipati memutuskan
untuk merelakan dengan ikhlas Dewi Mumpuni meninggalkan dirinya dan hidup bahagia
bersama Bambang Nagatatmala. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment